Home » , » Seni Budaya - Seni Tari dan Teater (XI)

Seni Budaya - Seni Tari dan Teater (XI)

Posted by Kamar Pekick on Thursday, 18 April 2019

SENI DAN TEATER

Seni tari yaitu gerak badan secara berirama yang dilakukan ditempat serta waktu tertentu buat keperluan pergaulan, mengungkap perasaan, maksud, serta pikiran. Bunyi-bunyian yang dimaksud musik pengiring tari mengatur gerakan penari serta menguatkan maksud yang mau di sampaikan. Gerakan tari tidak sama dari gerakan sehari-hari seperti lari, jalan, atau bersenam. Gerak didalam tari tidaklah gerak yang realistis, tetapi gerak yang sudah di beri bentuk ekspresif serta estetis. Suatu tarian sesungguhnya adalah kombinasi dari sebagian buah unsur, yakni wiraga (raga), Wirama (irama), serta Wirasa (rasa). Ketiga unsur tersebut melebur jadi bentuk tarian yang serasi. Unsur paling utama dalam tari yaitu gerak. Gerak tari senantiasa melibatkan unsur anggota badan manusia. Unsur-unsur anggota badan itu di dalam membuat gerak tari bisa berdiri dengan sendiri, berhimpun maupun bersambungan.

SEJARAH SENI TARI
A. ZAMAN PRASEJARAH
Zaman prasejarah adalah zaman sebelum lahirnya kerajaan di Indonesia. Entuk dan wujud tariannya cenderung menirukan gerak alam lingkungannya yang bersifat imiatatif. Sebagai contoh menirukan binatang yang akan diburu, pemujaan dan penyembuhan penyakit
B. ZAMAN INDONESIA HINDU
Pada zaman Indonesia hindu, seni tari mulai digarap dan banyak dipengaruhi oleh kebudayaan dar India. Beberapa jenis tari pada zaman Indonesia hindu seperi tari-tarian adat dan keagamaan berhasil disempurnakan menjadi tarian klasik yang beratistik tinggi. Sebagai contoh wayang wong, wayang topeng.
C. ZAMAN INDONESIA ISLAM
Pada zaman Indonesia islam, seni mengalami keyaan penggarapannya kebanyakan di keraton yaitu kasutanan dan kesultanan. Kedua kerajaan tersebut mengembangkan identitasnya yang akhirnya menjadi 2 jenis tari yaitu kasunanan dan kasultanan.
D. ZAMAN PENJAJAHAN
Pada zaman penjajahan, tari-tarian mengalami kesuraman sebab berada dalam suasana peperangan dan penjajahan.
E. ZAMAN SETELAH MERDEKA SAMPAI SEKARANG
Setelah merdeka, peran tari mulai difungsikan untuk keagamaan ataupun sebagai hiburan dan muncul banyak kreasi-kreasi baru ataupun inovasi terhadap seni tari klasik.
Pengertian Tari
1. Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta
2. Soedarsono menyatakan bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah melalui gerak ritmis yang indah
3. Soeryodiningrat menyatakan bahwa tari merupakan gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari
Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang digunakan adalah tubuh
4. Kamala Devi Chattopadhyaya Seorang kritikus dan seniman India, mendefinisikan tari sebagai gerakan-gerakan luar yang ritmis dan lama kelamaan tampak mengarah pada bentuk-bentuk tertentu.
5. Corry Hartong Menurut Corry Hartong, tari ialah gerakan yang berbentuk dari ritmis dari badan di dalam ruang.
Tari merupakan perpaduan antara wiraga,wirasa,dan wirama atau seni yang dihasilkan dari gerak mimic dan enak dipandang, umumnya tariannya diiringi dengan musik
B. Bentuk Penyajian Tari                      
1. Tari Tunggal
Tari yang dimainkan oleh seorang orang penari
2. Tari Berpasangan
Tari yang dimainkan lebih dari satu orang dan harus ada unsur saling melengkapi
3. Tari Massal
Tari yang dimainkan oleh lebih dari satu orang tanpa ada unsur saling melengkapi
4. Drama Tari
C. Unsur unsur Seni Tari
Tari memiliki unsur dasar tersendiri yang meliputi tiga aspek, antara lain:
1.    Wiraga, yaitu dasar keterampilan gerak dari bagian fisik/tubuh penari, di antaranya gerakan jari-jari tangan,pergelangan tangan, siku-siku tangan, bahu, leher, muka dan kepala, lutut, mulut, jari-jari kaki, dada, perut, pinggul, biji mata, alis dan pergelangan kaki.
2.    Wirama, yaitu suatu pola pengaturan dinamika untuk mencapai gerakan yang harmonis seperti aksen dan tempo tarian. Wirama terbagi menjadi dua, yaitu wirama tandak dan wirama bebas.
3.    Wirasa, yaitu tingkatan penjiwaan dan penghayatan dalam tarian yang diekspresikan melalui gerakan dan mimik wajah penari sehingga melahirkan keindahan, seperti halus, lembut, sedih, gembira, dan Iain-Iain.Agar gerakan dalam tarian terlihat lebih indah, maka diperlukan unsur-unsur pendukung terhadap tarian tersebut.
D. Unsur unsur pendukung seni
Unsur-unsur pendukung tariterdiri dari gerak, properti, iringan, tata busana/ kostum, dan tata pentas/panggung.
1.    Gerak
Unsur pokok tari adalah gerak, gerak tari merupakan fungsional dari tubuh(gerak bagian kepala,kaki, tangan, dan badan). Fungsi gerak yang dihasilkan oleh tubuh manusia pada dasarnya dapat dibedakan menjadi gerak keseharian,olahraga, gerak bermain, bekerja, dan gerak sehari-hari.Padakhususnya, tari lebih menekankan kepada gerak untuk berkesenian, di mana gerak dalam tari merupakan gerak yang sudah ditata indah. Gerakan bersifat lembutdan mengalir, serta terputus-putus dan tegas merupakan pola gerak yang menjadi ciri pembeda antara gerakan tari putra dan tari putri.
Gerak dapat dibedakan menjadi: gerak maknawi, murni atau wantah, imitatif, dan imajinatif.
a.    Gerak imitatif adalah gerakan tari yang dihasilkan dari eksplorasi gerak tiruan dari alam.
b.    Gerak imajinatif adalah gerak yang dihasilkan rekayasa manusia.
c.    Gerak maknawi adalah  gerak tari yang mengandung arti atau maksud tertentu.
d.    Gerak murni adalah gerak yang tidak mengandung arti, tetapi masih mempunyai unsur keindahan atau estetika.
2.    Properti
Properti adalah semua peralatan yang digunakan untuk pementasan tari. Properti tari pada dasarnyadapat digunakan untuk memberikan keindahan bentuk  harapan tari secara baik, agar kesan garapan tari akan lebih sempurna.Penggunaan properti tari harus mempertimbangkan jenis, fungsi, dan asas pakai properti secara baik dan benar. Hal ini dikarenakan proporsi penggunaan properti  tari secara mendasar menentukan penguasaanketerampilan penari secara pokok.Kualitas penguasaan penari atas properti tari yang digunakan, menjadi salah satu teknik tari yang dibutuhkan dalam format garapan tari yang berkuaiitas. Properti tari banyak ragam, bentuk, dan jenisnya.Properti yang sering digunakan antara lain meliputi selendang (sampur), kipas, rebana, payung, tongkat,keris, cundrik, pedang, mandau, tombak, gendang, piring, panah, dan Iain-Iain.
3.    Iringan
Iringan dalam tari adalah pasangan yang serasi dalam membentuk kesansebuah tarian. Keduanya seiring dan sejalan sehingga hubungannya sangat erat dan dapat membantu gerak lebih teratur dan ritmis.Musikyang dinamis dapat menggugah suasana sehingga mampu membuat penonton memperoleh sentuhan rasa atau pesan tari. Oleh karenanya tari tersebut komunikatif.
4     Tata Busana/Kostum
Keberadaan kostum dalam sebuah pertunjukan bersifat mutlak, karena pada dasarnya suatu tarian dapat terungkap dengan sempurna, jikaseluruh unsur pendukung hadir didalamnya. Salah satu unsur pendukung yang penting dalam suatu tarian adalah tata busana/kostum.Busana tari berfungsi untuk mendukung tema atau isi tari dan untuk memperjelas peranan-peranandalam suatu sajian tari. Busana tari secara umum terdiri atas baju, celana, kain, selendang, ikat kepala, mahkota, dan Iain-Iain.Tatabusana untuk keperluan pementasan tafi biasanya dirancang khusus sesuai dengan tema tarinya. Alternatif bahan untuk pembuat busana tari bermacam-macam, dapat terbuat dari kain, kertas, plastik, daun atau apa saja yang ada di sekitar kita, yang dapat dimanfaatkan untuk bahan busana tari. Dalam tari tradisional, pada umumnya desain busana taritidakjauh berbeda dengan busana adat setempat.
5    Tata Pentas/Panggung
Tata pentas adalah penataan pentas untuk mendukung pergeiaran tari. Tata pentas bukap hanya untuk kepentingan pencapaian efek artistik,namun juga berfungsi untuk membantu penciptaan suasana yangterkait dengan konsep tari. Di atas pentas biasanya dilengkapi dengan seperangkat benda-benda dan alat yang berhubungan dengan tari, yang disebut dengan setting.Pentas yang dipahami dalam pengertian tempat menari dikenal dengan istilah panggung yang memiliki dua jenis, yaitu jenis panggung tertutup dan terbuka.
Jenis panggung tertutup disebut dengan prosenium. Cirinya para penari atau pemain hanya dapat dilihat dari satu arah pandang. Panggung tertutup berada dalam suatu ruangan yang disebut dengan auditorium.
Panggung terbuka adalah panggung yang berada di tempat terbuka dan tidak beratap. Bentuknya bermacam-macam, yaitu berbentuk arena, pendopo, di halaman pura, di halaman rumah atau di lapangan.
Ciri panggung terbuka adalah pemain atau penari dapat dilihat dari berbagai arah pandan
E. Prinsip Tari
Terdapat beberapa prinsip dasar dari sebuah tarian yang penting untuk diketahui, yaitu:
1. Harmoni
Harmoni atau keselarasan, keselarasan antara gerak, lagu, dan gerak tarian antara penari yang satu dengan penari yang lain harus disusun menjadi sebuah rangkaian yang berkaitan, berkesinambungan dalam sebuah harmoni yang baik sehingga dapat menyampaikan pesan yang dimaksud.Harmoni juga merupakan paduan penggunaan warna busana tari yang dapat memberi kesan sebuah karakter dengan warna yang ada. Contohnya kuning dengan hijau, merah dengan biru atau kuning. Namun misalnya untuk karakter lincah misalnya, tidak memadukan hitam dengan ungu tua.
2. Keutuhan
Kesatuan dalam karya seni tari adalah membuat satu bentuk yang memiliki keterkaitan unsur satu dengan yang lain berdasarkan sumber yang sama. Tari adalah pertunjukan yang bermaksud menyampaikan suatu pesan tanpa kata, hanya melalui mimik,gerak, lagu, dan tata busana. Oleh karenanya semua faktor yang harus ada didalam sebuah tarian harus terangkai dengan lengkap dan utuh.Jika kita ambil unsur terpenting yang menjadi titik pertemuan yang mengaitkan satu unsur dengan usur lainnya sehingga berakhir pada sebuah tujuan yang sama, kesatuan dan keutuhan sebuah karya seni tari adalah:
– Ide atau gagasan
– Tema
– Desain/motif gerak
– Dinamika iringan tari
– Dinamika rangkaian motif gerak
– Desain rias
– Desain busana
*.Ide/Gagasan dalam mengawali sebuah kreativitas harus jelas akar sumbernya sehingga ketika tema ditentukan akan dengan mudah ke arah mana desain gerak/motif gerak hingga menjadi pola yang disusun menjadi sebuah bentuk yang memiliki keterkaitan dengan tema tadi.
*.Gerak tari harus menimbulkan kesan karakter tertentu agar kreativitas pemilihan iringan tari jelas menyusun dinamika dan suasana yang diinginkan karakternya.
*.Respons iringan tari akan menegaskan suasana yang diinginkan dalam setiap bagian pola gerak. Keterbacaan suasana ini bergantung kepada penyusunan dinamika rangkaian motif gerak.
*.Keseluruhan unsur tadi harus didukung penegasan wujud visual dengan desain rias dan busana sebuah tari.
3. Keseimbangan
Harus ada kesimbangan antara peran dan pemain, lagu dan gerak, waktu dan lama pertunjukan. Sehingga pesan dari tarian dapat tersampaikan dengan baik. Keseimbangan yang dimaksud adalah proporsional dalam mengolah dimensi ruang, waktu, tenaga yang ditentukan dengan jumlah dan ukuran. Proporsional dengan pemahaman bahwa bukan jumlah penari yang harus sama, tetapi kedudukannya seimbang dengan besarnya ruang atau arena pentas. Begitu pula dengan desain pola lantai kedudukan penari, durasi waktu penyajian seimbang dengan tema tarian, tidak bertele-tele seperti mengungkapkan sesuatu yang terlalu berbelit-belit. Harus proporsional menggunakan tenaga karena jika semua gerakan menggunakan tenaga yang kuat, akan menguras keringat penari dan melelahkan penonton.


pengertian tari tradisional adalah suatu tarian yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah tertentu yang dianut secara turun temurun oleh masyaraktnya. Tari tradisional umumnya memiliki nilai historis yang tinggi, pedoman yang luas, dan berpijak pada adaptasi adat istiadat lingkungan sekitar tempat tumbuhnya.
Berdasarkan koreografinya, tari tradisional dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu tari rakyat, tari klasik, dan tari kreasi baru.
1. Pengertian Tari Rakyat (Tari Folklasik) Tari rakyat adalah jenis tari tradisional yang lahir dari kebudayaan masyarakat lokal, hidup dan berkembang sejak zaman primitif, dan diturunkan secara turun temurun sampai sekarang. Tari rakyat atau juga dikenal dengan sebutan tari folklasik umumnya memiliki beberapa ciri khas antara lain kental dengan nuansa sosial, merujuk pada adat dan kebiasaan masyarakat, serta memiliki gerak, rias, dan kostum yang sederhana. Beberapa contoh tari tradisional yang masuk dalam kategori tari rakyat antara lain tari Lengger, Tayub, Orek-Orek, tari Piring, Joget, Kubrasiwa, Buncis, Ndulalak, Sintren, Angguk, dan tari Rodat. Perlu diketahui bahwa tari rakyat umumnya juga sarat dengan nilai magis.

2. Pengertian Tari Klasik Pengertian tari klasik adalah tari tradisional yang lahir di lingkungan keraton, hidup dan berkembang sejak zaman feodal, dan diturunkan secara turun temurun di kalangan bangsawan. Tari klasik umumnya memiliki beberapa ciri khas antara lain berpedoman pada pakem tertentu (ada standarisasi), memiliki nilai estetis yang tinggi dan makna yang dalam, serta disajikan dalam penampilan yang serba mewah mulai dari gerak, riasan, hingga kostum yang dikenakan. Beberapa contoh tari tradisional yang masuk dalam kategori tari klasik antara lain tari bedaya, srimpi, lawung ageng, lawung alit, Gathotkaca Gandrung, Bondabaya, Bandayuda, Palguna-palgunadi, Retna Tinanding, dan tari Srikandi Bisma.
3. Pengertian Tari Kreasi Baru Pengertian tari kreasi baru adalah tari klasik yang diaransemen dan dikembangkan sesuai perkembangan zaman, namun tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tari kreasi baru umumnya diciptakan oleh para pakar tari. Beberapa tari kreasi dapat kita lihat pada karya-karya Bagong Kusudiarjo dan Sauti. Contoh tari kreasi baru misalnya Tari Kupu-Kupu, Tari Merak, Tari Roro Ngigel, Tari Ongkek Manis, Tari Manipuri, dan Tari Roro Wilis.
 

Jenis,Peran dan Perkembangan Tari Nusantara
Secara Pasti sulit menghitung jenis Tari Tradisional
Suatu tari tradisional diciptakan, hidup dan berkembang pada suatu wilaya hetnik dan budaya tertentu.
Jenis tari tradisional sesuai dengan jumlah wilayah etnik dan budaya dinusantara
Suatu tari tradisional diciptakan, hidup dan berkembang pada suatu wilaya hetnik dan budaya tertentu.

TARI LENGGER
Tari jenis pergaulan
Dari Banyumas Jawa Tengah

PERAN TARI TRADISIONAL
Peran artinya fungsi dan guna
Hampir sebagian besar tari tradisional memiliki peranan besar dalam aktivitasmasyarakat dimana tarian tersebut tumbuh dan berkembang
Fungsi tari tradisional dikaitkan dengan ha-hal : 
1.Perhelatan
2.Magi-Simpatetis
3.Kepentingan sosial 
4.Kepentingan ritual 

Perkembangan Tari Tradisional tidak lepas dari sejarah.Karena sejarah dan budaya seiring sejalan,Artinya bahwa sejak manusia mengenal sejarah maka bersamaan pula mengenal budaya.

Kutai di Kalimantan abad IV M.
Tarumanegara di Jabar abad V M , rajanya terkenal Purnawarman
Kalinnga(Keling) di Jateng abad V, rajanya Ratu Shima.
Mataram Hindu di Jateng abad VII, rajanya yang terkenal Syailendra dan Sanjaya.
Sriwijaya di Sumatra abad VII M
Di Jatim ada Kediri(Daha), Jenggala, Singosari, dan Majapahit abad XIII
Setelah Majapahit runtuh muncul Kerajaan Islam yaitu Demak, Pajang, dan Mataram
Kasunanan Surakarta
Kasultanan Yogyakarta
Setiap kerajaan biasanya ada upacara sakral, sebagai pelengkap tercipta berbagai tari.
Setiap bentuk tarian tertentu dianggap memiliki makna dan nilai filosofis tinggi sesuai kebutuhan raja masing-masing periode.
Karya tari setiap periode berbeda bentuk, model, dan kualitasnya.
Ada Tari yang masih dikenal hingga kini, seperti
tari topeng 
Ada tari yang mengalami perubahan seperti tari
Gambyong, Srimpi , dan Bedhaya
Tari yang mandek dan punah, seperti Tayub lesung dan ketoprak lesung.

TARI TOPENG
Mengalami puncak kejayaan pada jaman Majapahit Raja Hayam Wuruk tercatat sebagai penari topeng yang tampil pada acara-acara khusus Hal ini tersurat pada Kitab Nagarakertagama ( Empu Prapanca ) bahwa pada penutupan perayaan bulan
Caitra diadakan atraksi tarian besar-besaran dimana raja ikut bernyanyi dan menari 

Warisan kerajaan Majapahit adalah :
 1.Tari Topeng Klana
 2.Tari Topeng Gunungsari

Sunan Kalijaga pencipta wayang topeng di Demak
Paku Bhuwono II ( 1700-1750), mengembangkan tari topeng di Keraton Mataram (Islam)
Tahun 1918 berdiri sekolah
Tari Krida Beksa Wirama
di Yogyakarta dipelopori oleh Pangeran Tedjo Kusumo dan Pangeran Suryadiningrat.
Dari sekolah tari tersebut lahir maestro tari Wisnoe Wardana dan Bagong Kussudiardjo.
Tahun 1930 I Ketut Mario di Bali menciptakan gaya kebyar dengan tari Kebyar Duduk dan Oleg Tamulilingan.
Tahun 1961 tercipta jenis tari Sendratari yang diawali dengan Sendratari Ballet Ramayana di Prambanan

Perkembangan Tari Masa Kini
Berdirinya perguruan tinggi seni tari melahirkan berbagai kreasi tari serta saling mempengaruhi gaya tari antar daerah Contoh :
Tari Manukrawa ( Bali ) terpengaruh gaya Tari merak ( Jawa )
Tari Kembang Janger ( Bali) ada warna tari lengger ( jawa ) 

Adanya Event nasional dan daerah melahirkan berbagai kreasi tari tradisional dan modern Contoh :  
Pesta Kesenian Bali setiap tahun melahirkan berbagai tari kreasi daerah
Pagelaran Swara Mahardika yang dipelopori Guruh Sukarno Putra memadukan seni daerah dan modern 

KE UNIKAN TARI NUSANTARA 
Unik artinya KHAS atau ciri khusus yang membedakan Tari daerah yang satu dengan Tari Daerah yang lain.Ke unikan Tari Tunggal Nusantara
Keunikan Gerak
Keunikan Kostum
Keunikan Iringan
Dari sisi gerak tari tunggal memiliki keunikan yang mewakili rasa, estetik dan kepentingan masyarakat pemiliknya
Dari segi ekspresi, tari tunggal memberikan kebebasan lebih dan ekspresi total kepada penari
Sedangkan tari berpasangan, penari terikat pada aturan bersama pasangan atau kelompoknya.

• Kostum Tari masing-masing daerah sesuai dengan budaya pakaian daerah setempat.
•Kostum Tari biasanya dibuat untuk mendukung sesuatu yang digambarkan dalam tari tersebut 

Keunikan kostum masing-masing daerah dalam bentuk :
Bahan yang digunakan
Desain/motif 
Cara Penggunaan
Bagian-bagian kostum 
Keunikan Iringan Tari dapat berupa :
Bahan/alat Musik iringan.
Laras Nada
• Cara penggunaan alat
Jumlah alat yang digunakan 

Keunikan Nada :
Laras Slendro
Laras nada
Suara alam 

Keunikan Cara Menggunakan :
Dipukul pakai alat
Dipukul Pakai tangan
Digesek
Ditiup

 Ide dapat muncul dari hasil apresiasi karya tari atas dasar pengalaman dalam kegiatan kehidupan dan aktivitas lainnya Untuk dapat mengekspresikan ide ke dalam bentuk tari maka terlebih dahulu harus dipahami tentang :
Pengertian Estetika/Keindahan
Pengertian Seni Tari
Apresiasi dan pengalaman berbagai tari tradisional dan non tradisional

Pengertian Estetika/Keindahan Adalah emosi yang tercipta akibat terjadinya tanggapan seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu benda atau peristiwa melalui penglihatan, pendengaran atau pun pengalaman langsung.TARI merupakan perpaduan cabang-cabang seni yang meliputi :
Seni Gerak ( Tari )
Seni Musik ( Iringan )
Seni Rupa ( Rias dan kostum )
Seni Teater ( teknik pentas dan tata lampu ) GERAK Inti dari tari adalah gerakan tubuh manusia.Gerak memiliki unsur-unsur : 
1.Ruang
2.Tenaga
3.Waktu

SENI MUSIK 
Sebagai iringan tari memiliki fungsi untuk :
Membantu gerak agar lebih teratur dan ritmis
Membangun suasana agar pesan tari tersampaikan
Pemberi tekanan-tekanan dalam gerak

Seni Rupa sebagai bagian Tari berbentuk tata rias dan kostum
Peranan rias dan kostum untuk memberikan dukungan secara total atas pesan-pesan yang akan disampaikan dalam tari tersebut
 
Peranan seni teater dalam tari adalah pada bagian penataan komposisi penari serta tata lampu
Komposisi memberikan keseimbangan posisi penari sehingga indah dan nyaman untuk disaksikan
Tata lampu memberikan penekanan suasana pesan tari.


SEJARAH TEATER
Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno. Namun demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM. Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja para pakar masih meragukan apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston Maspero menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi berbagai tokohnya.

Ada tiga macam teori yang mempersoalkan asal mula drama. Menurut Brockett, drama mungkin telah berkembang dari upacara religius primitif yang dipentaskan untuk minta pertolongan dari Dewa. Upacara ini mengandung banyak benih drama. Para pendeta sering memerankan mahkluk super alami atau binatang; dan kadang – kadang meniru action berburu, misalnya. Kisah-kisah berkembang sekitar beberapa ritus dan tetap hidup bahkan setelah upacara itu sendiri sudah tidak diadakan lagi. Kelak mite-mite itu merupakan dasar dari banyak drama.

Teori kedua memberi kesan bahwa himne pujian dinyanyikan bersama didepan makam seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan memperagakan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan almarhum pahlawan itu. Bagian yang diperagakan makin lama makin rumit dan koor tidak dipakai lagi. Seorang kritisi memberi kesan bahwa sementara koor makinlama makin kurang penting, muncul pembicara lain. Dialog mulai terjadi ketika ada dua pembicara diatas panggung.

Teori ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan manusia untuk bercerita. Kisah – kisah yang diceritakan disekeliling api perkemahan menciptakan kembali kisah – kisah perburuan atau peperangan, atau perbuatan gagah seorang pahlawan yang telah gugur. Ketiga teaori itu merupakan cikal-bakal drama. Meskipun tak seorang pun merasa pasti mana yang terbaik, harus diingat bahwa ketiganya membicarakan tentang action. Konon, action adalah intisari dari seni pertunjukan.

B.  UNSUR POKOK PENDUKUNG SENI TARI DAN TEATER

UNSUR PENDUKUNG TEATER
Unsur-unsur dalam teater antara lain:
1. Naskah/Skenenario
Naskah/Skenario berisi kisah dengan nama tokoh dan diaolog yang duicapkan.
2. Skenario
Skenario merupakan nsakah drama (besar) atau film, yang isinya lengkap, seperti : keadaan, properti, nama tokoh, karakter, petunjuk akting dan sebagainya. Tujuan dari naskah/skenario untuk sutradara agar penyajiannya lebih realistis.
3. Pemain/Pemeran/Tokoh
Pemain merupakan orang yang memeragakan tokoh tertentu pada film/sinetron biasa disebut aktris/aktor.
UNSUR PENDUKUNG SENI TARI
Dalam sebuah tarian antara tubuh, gerak komposisi tari tidak dapat dipisahkan.Dalam sebuah tarian terdapat unsur-unsur yang membangunnya yakni unsur gerak, tenaga dan waktu.

1. GERAK
Gerak didalam tarian bukanlah gerak seperti dalam kehidupan sehari-hari. Gerak tari adalah gerak yang telah mengalami perubahan atau proses stilasi dari gerak wantah (asli) ke gerak murni dan gerak maknawi. Gerak wantah yang telah mengalami stilasi itu akhirnya dapat dilihat dan dinikmati karena menjadi gerakan yang memiliki nilai estetik (gerak murni dan gerak gerak maknawi). Gerak wantah contohnya mencangkul, membatik dll.gerak wantah mudah dipahami sebalikknya gerak murni dan maknawitidak mudah dipahamikarena sudah mengalami proses stilisasi atau perubahan baik penambahan dan pengurangan. Gerak murni merupakan gerak wantah yang telah diubah menjadi gerak yang indah namun tak bermakna. Gerak maknawi adalah gerak wantah merupakan gerak yang telah diubah menjadi gerak indah yang bermakna

2. UNSUR TENAGA
Penggunakaan tenaga dalam gerak tari meliputi :
a. intensitas berkaitan dengan kuantitas tenaga dalam tarian yang menghasilkan tingkat ketegangan gerak
b. Aksen/tekanan muncul ketika gerakan dilakukan secara tiba-tiba dan kontras
c. Kualitas berkaitan dengan cara penggunakaan atau penyaluran tenaga.

3.UNSUR RUANG
Unsur ruang yang dimaksudkan sebagai unsur tari terbagi dua yakni ruang yang diciptakan oleh penari dan ruang pentas atau ruang tempat penari melakukan gerak.
Ruang yang diciptakan penari adalah ruang yang dibatasi oleh imajinasi penari berupa jarak yang terjauh yang dapat dijangkau oleh tangan dan kakinya dalam posisi tidak pindah tempat.
Ruang pentas adalah arena yang digunakan oleh penari yang biasa disebut dengan panggung, lapangan atau halaman terbuka.

4. UNSUR WAKTU
Dalam unsur waktu juga menentukan dalam membangun gerak tari. Dalam unsur waktu ada 2 faktor yang sangat penting yaitu ritme dan tempo. Ritme dalam gerak tari menunjukkan ukuran waktu dari setiap perubahan detail gerak, ritme lebih mengarah pada ukuran cepat atau lambat setiap gerakan yang dapat dicapai .

C.    TUJUAN SENI TARI DAN TEATER
ü      Menyalurkan hobi
ü      Berkelompok (Bersosialisasi)
ü      Pembentukan Postur Tubuh
ü      Apresiasi dramatik.
ü      Pengembangan ujar
ü      Mempertajam kepekaan emosi
ü      Meningkatkan pemahaman


1. Makna teater

Awalnya teater adalah wadah/sanggar kesenian tempat mempersiapkan seni pertunjukkan. Istilah tersebu kemudian berkembang menjadi:

  • Gedung pertunjukan drama atau film.
  • Sanggar dan organisasi sekelompok manusia yang beraktivitas di bidang seni pertunjukan drama.
  • Drama bukan dari segi karakter cerita, tapi dari teknik latihan dan kreativiasnya.

2. Peranan Teater
Dalam perkembangannya, seni teater seperti bentuk seni yang lain memiliki beberapa peranan sebagai berikut.
  • Media Ekspresi: Salah satu kebutuhan manusia adalah menyalurkan naluri untuk berekspresi melalu gerak dan ucapan bermakna. Dalam kehidupan manusia selalu ada hal-hal yang mengakibatkan gejolak psikologis. Salah satu cara mengatasi gejolah tersebut adalah dengan berekspresi melalui peniruan/ manipulasi bentuk-bentuk kehidupan dan permasalahan manusia itu sendiri. Maka, lahirlah seni teater.
  • Media Komunikasi: Seringkali, ide dan pesan sulit disampaikan dengan bahasa langsung. Ketidaksiapan intelektual, emosional, dan spiritual saat menerima informasi membuat tidak semua manusia mau mengerti atau menerima pesan, terutama yang bertentangan dengan kepentingannya. Teater dapat mengungkap dan memanipulasi realitas cerita secara jujur, adil/tidak memihak, menyeluruh.lengkap sehingga dapat menyentuh nurani dan akal sehat manusia. Dengan pertunjukan yang menyentuh nilai-nilai manusiawi, kita berharap masih ada sisi baik dari manusia yang bisa menerima himbauan/ide untuk kebaikan bersama. Bentuk media komunkasi teatrikal ini sering lebi efektif daripada komunikasi langsung yang informasinya kurang kompleks/menyeluruh. Dengan mempertimbangkan segala aspek dari persiapan yang mapan, teater dapat bertindak sebagai media komunikasi yang baik.
  • Media Pengembangan Potensi dan Kreativitas: Potensi yang dimiliki manusia tidak sama, dengan demikian maka manusia hidup saling melengkapi. Demikian pula dalam bidang seni. Orang yang berpotensi besar melakukan sesuatu untuk orang berpotensi kecil yang kurang bisa memenuhi kebutuhannya. Seni teater sebagai media ekspresi dan komunikasi, membutuhkan manusia-manusia berbakat agar penyajiannya berkesan dan membawa dampak positif yang bermanfaat. Seiring perubahan zaman, insane teater selalu di tuntut untuk berpikir kreatif dalam mengembangkan bidangnya. Dengan demikian akan dihasilkan karya-karya yang makin baik dan menyenangkan sebagai hiburan yang mendidik.
Mengidentifikasi Makna dan Peranan Teater Tradisional Mancanegara

Sebagaimana telah kita ketahui sebelumnya seni teater di Indonesia terdiri atas dua jenis, yaitu seni teater tradisional dan teater nontradisional (modern). Nah apakah anda tahu letak perbedaannya?

Seni teater Tradisional masih terikat pada aturan tradisi daerah masing-masing, misalnya kostum, panggung, jalinan lakon, dan jumlah pemainnya. Sementara itu, seni teater nontradisional (modern) sudah melepaskan diri dari ikatan tersebut.

Selain itu, yang menjadi perbedaan di antara keduanya adalah penggunaan naskah drama. Jika seni teater tradisional belum menggunakan naskah drama (cerita disampaikan langsung oleh sutradara), seni teater modern disampaikan langsung oleh sutradara, seni teater modern menggunakan naskah drama. Naskah drama yang digunakannya bervariasi, ada yang merupakan hasil kreativitas tulisan sendiri ataupun berupa naskah terjemahan.

Seiring dengan perkembangannya, seni teater di mancanegara juga mengalami berbagai perubahan. Seni teater yang bermula dari tradisional, kini mulai bergeser ke modern. Perubahan itu diperlihatkan di berbagai negara di Asia, seperti Cina, Jepang, Thailand, dan India. Berikut ini adalah contoh seni teater tradisional mancanegara (Asia).

1. Cina
Sama halnya dengan di Indonesia, seni teater tradisional tumbuh subur di Cina. Hal ini dapat dilihat dari berbagai teater tradisional yang muncul di daerah Tiongkok seperti Opera Huang Mei, Opera Kunjun, Opera Yu Ju, dan Opera Peking. Berikut ini uraian mengenai opera-opera tersebut.

a. Opera Huang Mei
Opera Huang Mei yang bernama asli "Melodi Huang Mei" atau "Opera Cai Cha" merupakan sejenis opera kecil di kalangan rakyat yang terbentuk di daerah perbatasan provinsi-provinsi Anhui, Hubei dan Jiangxi. Salah satu alirannya kemudian menyebar luas ke daerah An Qing dengan Kabupaten Huai Ning. Dalam perkembangannya, Opera Huang Mei berpadu dengan seni kalangan rakyat setempat, seperti menyanyi dan bercerita dengan bahasa setempat. Akhirnya, terbentuklah ciri khas pribadi.

Inilah asal mula Opera Huang Mei. Pertunjukan Opera Huang Mei pada masa awal mengutamakan ciri khas menyanyi sambil menari, Pemainnya kebanyakan adalah kaum tani dan pekerja kerajinan tangan.

Opera Huang Mei terutama menceritakan kehidupan sehari-hari dengan gaya lagu kalangan rakyat.

b. Opera Kun Ju
Dalam proses perubahan sejarah, Opera Kun Ju pernah diberi berbagai nama seperti "Nada Kun Shan", "Irama Kun Diao", "Melodi kun Qu" dan "Melodi Selatan". Yang dimaksud Opera Kun Ju adalah sejenis opera yang mengutamakan seni penampilan. Masa kemakmuran Opera Kun Ju berlangsung selama 230 tahun.

Perkembangan Opera Kun Ju mencerminkan pertumbuhan opera di Tiongkok dan mempunyai pengaruh langsung terhadap pembentukan dan perkembangan opera-opera lainnya di Tiongkok.
c. Opera Yu Ju
Opera Yu Ju disebut juga sebagai "HenanBangzi". Sebutan Opera Yu Ju mulai dipakai sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok. Opera Yu Ju yang merupakan salah satu opera yang paling berpengaruh sangat popular di provinsi dan daerah seperti Henan, Hebei, Shandong, Shanix, Hubei, Ningxia, Qinghai dan Xinjiang.

Opera Yu Ju timbul pada akhir masa Dinasti Ming (1368-1644) dan masa awal Dinasti Qing (1616-1811). Pada awalnya Opera Yu Ju mengutamakan nyanyian tanpa di iringi pemain instrumen musik. Perkembangannya cepat karena digemari umum.

Opera Yu atau Opera Henan terutama di iringi oleh alat-alat musik sebagai berikut.

Erhu, semacam rebab Tiongkok berdawai dua.
Sanxian, Semacam alat musik berdawai tiga.
Pipa, semacam alat musik petik tradisional Tiongkok, seruling bambu.
Sheng, sejenis alat musik tiup yang dibuat dari pipa-pipa buluh.
Suona, semacam terompet tradisional Tiongkok. Matranya menurut kecrek serta berirama  cepat dan riang.

d. Opera Peking
Opera peking ini sangat terkenal di Cina. Kepopuleran opera ini dapat dilihat dari sejarah munculnya opera ini. Opera Peking yang disebut sebagai Opera Timur adalah inti sari opera Tiongkok yang tulen. Dinamakan Opera Peking karena terbentuk di kota tersebut (Beijing dulu dinamakan Peking).

Opera Peking sudah bersejarah 200 tahun lebih. Asal usulnya dapat ditelusuri pada beberapa opera daerah yang bersejarah lama, khususnya Huiban, opera daerah yang populer di Tiongkok Selatan pada abad ke-18.

Pada tahun 1790, Huiban atau rombongan opera Anhui pertama kali datang ke Beijing untuk ambil bagian dalam pertunjukan perayaan hari ulang tahun kaisar. Kemudian, disusul banyak Huibanyang berdatangan ke Beijing untuk mengadakan pertunjukan.

Huiban yang mengadakan pertunjukan keliling pandai menyerap lakon dan metode pertunjukan jenis opera lain. Meskipun di Beijing terdapat banyak jenis opera, Huiban mencapai kemajuan pesat di bidang kesenian.

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, opera Peking terbentuk melalui proses pembauran selama puluhan tahun, dan menjadi jenis opera terbesar di Tiongkok. Opera Peking adalah jenis opera nomor satu di Tiongkok.

2. Jepang
Pertunjukan dramatira yang terkenal di Jepang adalah Kabuki yang dikenal sejak tahun 1603. Pertama kali Kabuki diperankan oleh seorang wanita bernama Okuni di Kuil Kitano Temmangu, Kyoto.

Kemungkinan besar Okuni adalah seorang miko asal Kuli Izumo Taisha, tapi mungkin juga seorang kawaramono (sebutan menghina buat orang kasta rendah yang tinggal di tepi sungai).

Identitas Okuni yang sebenarnya tidak dapat diketahui secara pasti. Tari yang dibawakan Okuni diiringi dengan lagu yang sedang populer. Okuni juga berpakaian mencolok seperti laki-laki dan bertingkah laku tidak wajar seperti orang aneh ("kabukimono") sehingga lahir suatu bentuk kesenian garda depan (avan garde).

Panggung yang dipakai waktu itu adalah panggung Noh. Hanamichi (honhamichi yang ada di sisi kiri penonton dan karihanamichi yang ada di sisi kanan penonton) di gedung teater Kabuki-za kemungkinan merupakan perkembangan dari hashigakari (jalan keluar masuk aktor Noh yang ada di panggung sisi kiri penonton).

Dalam perkembangannya, Kabuki digolongkan menjadi Kabuki-odori (kabuki tarian) dan Kabuki-geki (kabuki sandiwara).

a. Kabuki-Ordori
Kebuki-ordori dipertunjukkan dari masa Kabuki dari masa Kabuki masih dibawakan Okuni hingga dimasa kepopuleran Wakashu-kabuki. Remaja laki-laki menari diiringi lagu yang sedang populer dan konon ada yang disertai dengan akrobat.

Selain itu, Kabuki-odori juga bisa berarti pertunjukan yang lebih banyak tarian dan lagu dibandingkan dengan porsi drama yang ditampilkan.

a. Kabuki-Geki
Kabuki-geki merupakan pertunjukan sandiwara yang ditunjukkan kepada penduduk di zaman Edo dan berintikan sandiwara dan tari. Peraturan yang dikeluarkan Keshogunan Edo yang mewajibkan kelompok Kabuki untuk "habis-habisan meniru kyogen" merupakan salah satu sebab Kabuki berubah menjadi pertunjukan sandiwara.

Alasannya, Kabuki yang menampilkan tari sebagai atraksi utama dianggap tidak sesuai dengan norma masyarakat, sehingga pemerintah harus menjaga moral rakyat. Tema pertunjukan Kabuki-geki bisa berupa tokoh sejarah, cerita kehidupan sehari-hari atau kisah peristiwa kejahatan. Oleh karena itu, Kabuki jenis ini juga dikenal sebagai Kabuki kyogen.

3. Thailand
Sendratari yang berkembang dan sangat populer di Thailand adalah Khon. Khon ini merupakan sendratari yang sangat unik. Jika dilihat dari sejarah munculnya, Khon berasal dari sebuah kelompok kerajaan. Sekelompok penghibur kerajaan ini tampil untuk menghibur raja, anggota kerajaan, dan bangsawan di Kerajaan Thailand. Biasanya, cerita yang dipentaskan adalah cerita Ramakian (dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Ramayana).

Pada awalnya, Khon dimainkan dengan menggunakan topeng. Topeng ini berhungungan dengan karakter yang diperankannya. Karakter yang terdapat dalam topeng tersebut misalnya taring tumpul melengkung pada wajah (melambangkan usia tua), taring runcing melengkung (melambangkan orang separuh baya), dan taring runcing lurus (melambangkan orang muda).

Dalam perkembangannya, Khon ada yang menggunakan topeng ada juga yang tidak menggunakan topeng. Topeng yang digunakan tersebut diganti dengan mahkota (chada). Mahkota dalam Khon sangat beragam karena berhubungan dengan karakter yang dibawakan. Misalnya, karakter Rahwana yang menggunakan mahkota yang bertingkat tiga.

4. India
Seperti halnya di Indonesia atau di negara lainnya di Asia, perkembangan teater di India pun sangat pesat. Animo masyarakat dalam mengapresiasi seni, khususnya seni teater sangatlah bagus. Hal ini dapat dilihat dari menjamurnya berbagai jenis teater rakyat di India. Misalnya Nautanki, Khayal, Manch, dan Bhagat.

Karena semakin banyak jenis teater di India, jenis teater di India dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis.

    Pertama, drama atau teater Sanskerta yang merupakan jenis teater yang berkembang dilingkungan bangsawan.
    Kedua, seni teater yang tumbuh dan berkembang pesat dikalangan rakyat yang dapat disaksikan dengan biaya yang murah.


Dalam perkembangannya, seni teater di India tumbuh subur. Di sana timbul berbagai variasi. Misalnya Nautanki, Khayal, Manch, dan Bhagat muncul sebagai bentuk variasi lain dari Svang. Se;ain svang, terdapat juga jenis teater yang lainnya, yaitu Jatra dan Bhavia.

Sementara itu, jenis teater rakyat yang terkenal di India adalah Burrakhata, Cavitu Natakam, dan Veethi Nataka. Variasi yang berkembang ini merupakan sebuah metamorfosis atau perkembangan seni teater tradisional menjadi modern.

A.     Perkembangan Teater Nontradisional Daerah
Teater modern sebagai budaya serapan dari Barat masuk ke Nusantara melalui bangsa Eropa, khususnya Belanda, yang pada saat itu menguasai berbagai sektor kebudayaan masyarakat. Munculnya teater modern ke dalam wilayah budaya Nusantara tidak sekaligus, tetapi secara bertahap melalui bentuk-bentuk pertunjukan kelompok teater profesional.
Menurut catatan sejarah, bentuk teater Eropa yang pertama kali ditampilkan terjadi pada saat bangsa Indonesia dikuasai oleh Inggris pada tahun 1812. Tahun 1814 baru terdapat bentuk kegiatan teater Barat yang pertama di Batavia ketika tentara Inggris membangun gedung teater yang terbuat dari bambu. Lakon pertama yang dipentaskan pada tahun itu adalah ”The Hair at Law”. Setelah itu, berturut-turut dipentaskan lakon-lakon besar karya William Shakespeare seperti “Hamlet, Prince of Denmark”. Masyarakat sekitar gedung tersebut menyebut tempat itu sebagai Gedung Teater Militer Inggris.
Ketika Inggris kalah dari Belanda, gedung teater tersebut kemudian diambil alih oleh bangsa Belanda dan direnovasi dan menjadi cikal bakal perkembangan teater di Hindia Belanda. Perkumpulan teater pertama yang dibentuk tahun 1817 dinamakan sebagai Ut Desint. Kelompok ini menjadi kelompok profesional dan menjadi inspirasi bagi terbentuknya kelompok-kelompok teater profesional lainnya di Jawa. Gedung teater peninggalan Inggris pun telah diubah pula menjadi gedung teater permanen yang diberi nama Schouwburgatau Comediegebouw, yang dalam bahasa Indonesia berarti Gedung Kesenian. Di gedung inilah kemudian digelar sejumlah pementasan teater standar dengan gaya Eropa, serta menampilkan karya-karya besar dunia seperti Othellodan Saudagar dari Venesia yang keduanya karya William Shakespeare. Kelompok teater Ut Desint ini bertahan cukup lama, yakni sekitar 20 tahun. Pada tahun 1882, teater Ut Desint berakhir karena sejumlah permasalahan politis serta pertentangan budaya di kalangan orang-orang Belanda.
Kebangkitan teater modern di Hindia Belanda mulai lagi dengan munculnya kelompok-kelompok teater profesional.  Jakob Sumardjo mengemukakan perkembangan teater di Indonesia dalam beberapa periode sebagai berikut.
  1. Masa Perintisan Teater Modern (1885 – 1925) yang terbagi atas periode:
    1. Teater Bangsawan (1885 – 1902)
    2. Teater Stamboel (1891 – 1906)
    3. Teater Opera (1906 – 1925)
  2. Masa Kebangkitan Teater Modern (1925 – 1941) yang terbagi atas periode:
    1. Teater Miss Riboet Orion (1925)
    2. Teater Opera Dardanella (1926 – 1934)
    3. Awal Teater Modern Indonesia (1926)
  3. Masa Perkembangan Teater Modern (1942 – 1970) yang terdiri atas periode:
    1. Teater Zaman Jepang (1942 – 1945)
    2. Teater Tahun 1950-an
    3. Teater Tahun 1960-an
  4. Masa Pertumbuhan Teater Mutakhir (1970 – 1980-an)
Masa perintisan teater modern yang diawali dengan kemunculan Komidie Bangsawan memberi makna baru bagi perkembangan teater di Indonesia. Tradisi Komidie Bangsawan ini kemudian dilanjutkan dengan berdirinya kelompok Komidie Stamboel yang didirikan oleh August Mahieu, seorang peranakan Indo Perancis kelahiran Surabaya (1860 – 1906). Komidie Stamboel ini populer karena membawakan cerita-cerita dari Timur Tengah, terutama kisah-kisah yang terdapat dalam Hikayat 1001 Malam. Ketika rombongan ini tinggal di Batavia, mereka mulai menampilkan cerita-cerita asli karya penulis-penulis Indo-Belanda dan orang Tionghoa, seperti Nyai Dasima, Oey Tam-bah-sia, Si Tjonat, serta sejumlah certa lainnya. Bahkan pada perkembangan berikutnya, kelompok ini mulai pula menggarap drama-drama besar dunia seperti Hamlet, Romeo dan Juliet, Carmen, Saudagar dari Venesia, serta beberapa repertoar lainnya.
Komidie Stamboel kemudian bubar pada tahun 1906 setelah August Mahieu mengundurkan diri ke Bumiayu dan meninggal dunia. Tradisi Komidie Stamboel kemudian dilanjutkan oleh para anggotanya dengan mendirikan kelompok-kelompok sandiwara serupa seperti Komidie Opera Stamboel, Opera Permata Stamboel, Wilhelmina, Sinar Bintang Hindia, Indra Bangsawan, danOpera Bangsawan.
Kebangkitan teater modern Hindia Belanda dimulai dengan munculnya pembaharuan-pembaharuan dalam segi pementasan dan manajemen pementasan. Hal ini dimungkinkan karena pemilik-pemilik kelompok teater ini yang semula dari kalangan rakyat jelata atau saudagar, kini menjadi dari kaum terpelajar. Permasalahan yang diangkat ke dalam teater pun semakin beragam dan menarik. Kelompok teater pertama yang membawa warna ini adalah kelompok Miss Riboet’s Orion yang kemudian didukung oleh seorang penulis naskah hebat, yakni Nyoo Cheong Seng.
Di tengah-tengah kejayaan Orion, muncullah kelompok baru di Sidoarjo yang diberi nama dengan The Malay Opera Dardanella. Kelompok ini didirikan oleh Willy Klimanoff (nama lain dari A. Piedro), seorang peranakan Rusia Putih kelahiran Penang. Repertoar awal yang dibawakan kelompok ini berasal dari film-film yang sedang populer seperti The Thief of Bagdad, Mask of Zorro, Don O, The Count of Monte Cristo, The Three Musketeers, dan sebagainya. Pemain yang terkenal pada kelompok ini adalah Tan Tjeng Bok (yang sering digelar sebagai Douglas Fairbank form Java), Fifi Young, dan Dewi Dja. Bahkan, Dewi Dja sempat digelari sebagai Miss Riboet II. Popularitas Dardanella ternyata kemudian mengalahkan Orion sehingga pada tahun 1934 kelompok Orion ini bubar. Bahkan, sejumlah aktor dan aktris dan penulis Orion kemudian bergabung dengan Darnadella. Repertoar yang dibawakan oleh Dardanella pun semakin banyak dan kaya. Bahkan kelompok ini telah mulai menyuguhkan permasalahan-permasalahan yang berat dan memiliki publik penonton dari kalangan terpelajar. Drama-drama yang sering dipentaskan antara lain Dr. Samsi, Ex-Sawah Loento (karya Andjar Asmara), Biroe Moeda, Mantoe Prijaji, Perantean 99 (karya A. Piedro), R.A. Soemantrie (karya T.D.Tio), serta sejumlah repertoar lainnya.
Pada tahun 1935, kelompok Dardanella mengadakan perjalanan keliling Asia (Tour d’Orient) ke sejumlah negara di Asia. Perjalanan ini kemudian berlanjut ke Eropa. Nasib kelompok Dardanella ini kemudian tidak berlanjut. Willy Klimanoff bersama Dewi Dja kemudian melanjutkan perjalanan ke Amerika Serikat dan menjadi warga negara di sana, sedangkan rombongan lainnya kembali ke Indonesia persis sebelum meletusnya perang dunia kedua.
Perkembangan teater Dardanella ini kemudian merangsang tumbuhnya teater-teater kecil di sejumlah kota di Indonesia. Teater-teater kecil ini merupakan teater amatir yang dikelola dan dimainkan oleh orang-orang yang hanya sekedar menyukai teater. Keadaan ini kemudian berkembang terus, bahkan sampai jauh setelah Indonesia merdeka.
Pertumbuhan teater modern Indonesia ini sesungguhnya makin diperkokoh pada masa pendudukan Jepang. Pada masa ini para intelektual Indonesia tergabung dalam kelompok Sandiwara Penggemar Maya yang didirikan pada tahun 1944 oleh Usmar Ismail, D. Djajakusuma, Rosihan Anwar, dan Dr. Abu Hanifah. Berdirinya kelompok sandiwara ini menandai bergesernya kelompok teater profesional ke teater amatir yang kemudian banyak berkembang di Indonesia.
Warna dan gaya pementasan teater-teater profesional yang sekian lama berkembang di Indonesia, secara tidak sadar telah mempengaruhi pula bentuk-bentuk pementasan teater tradisional yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat. Dari hasil pengaruh pementasan teater tradisi dan teater modern ini pula kemudian terlahir bentuk-bentuk baru teater modern yang berakar pada budaya daerah setempat. Kelompok-kelompok sandiwara modern berbahasa daerah dengan pengelolaan konvensional banyak bermunculan di berbagai daerah. Kelompok sandiwara Miss Tjitjih yang sering mengadakan pertunjukan keliling di Jawa Barat dan Jakarta merupakan salah satu contoh bentuk teater modern dengan warna kedaerahan.
B.    Unsur Estetis Pertunjukan Teater Nontradisional
Karaktristik utama dari pertunjukan teater nontradisi adalah adanya pemisahan yang tegas antara penonton dan tempat pemain. Bentuk pementasan serupa ini merupakan pengaruh budaya teater Eropa. Pada awal perkembangan teater modern melalui kelompok-kelompok teater Bangsawan dikenal bentuk pentas prosenium yang memisahkan panggung dengan penonton.
Prosenium adalah bingkai pembatas yang membatasi ruang pentas tempat bermain dengan letak penonton. Antara prosenium dan penonton ini sesungguhnya masih terdapat ruang selasar depan layar yang dinamakan dengan apron, serta ruang di bawah panggung tempat para pemain musik yang dinamakan pit.
Aspek kedua dari pertunjukan teater modern adalah adanya naskah yang ditulis terlebih dahulu sebelum melakukan pementasan. Naskah ini bukan lagi merupakan garis besar cerita, melainkan telah berbentuk naskah lengkap yang dapat dihapal dan dipelajari oleh seluruh pemain. Adanya naskah lengkap ini dalam pementasan membuat aspek-aspek dramaturgi menjadi lebih terjaga serta pertunjukan lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Hal ketiga yang ada pada pementasan teater modern adalah hilangnya pengisian hiburan dalam bentuk nyanyian dan tarian pada jeda pergantian babak. Perpindahan antara babak yang satu ke babak yang lain berlangsung cepat dan tidak banyak memakan waktu sehingga pementasan hingga menjelang pagi dapat dihindari. Di samping itu, kelompok musik yang ada pada sebuah kelompok teater semata-mata berfungsi sebagai pemberi efek suasana dalam pementasan teater dan bukan untuk keperluan lain.
Penataan lampu, penataan rias, penataan busana, serta penataan pentas (setting) telah diolah sedemikian rupa sehingga tidak terlalu besar dan berlebihan. Kesederhanaan pementasan teater amatir ini dianggap wajar mengingat tujuan utama kelompok-kelompok teater amatir ini adalah mencapai kepuasan batin dan bukan mencari popularitas dan komersial.
C.    Pesan Moral (Kearifan Lokal) dalam Pertunjukan Teater  Nontradisional
Kearifan budaya biasanya selalu terkandung dalam setiap karya seni daerah maupun karya seni modern. Nilai-nilai yang dibawa oleh karya seni ini sering berupa simbol yang memerlukan penafsiran lebih lanjut. Tidak jarang nilai-nilai kearifan budaya ini bersifat universal dan relevan dengan berbagai situasi zaman.
Kearifan budaya dalam karya seni sering menyangkut masalah moral dan nilai-nilai kemanusiaan. Mengapa demikian? Moralitas dan nilai kemanusiaan selalu bersifat universal. Bahasa seni yang universal itu sendiri sesungguhnya mengusung nilai-nilai moralitas dan kemanusiaan di atas segala-galanya. Pertunjukan seni dengan berbagai unsur estetika yang terdapat di dalamnya sesungguhnya hanya merupakan alat belaka untuk menyampaikan gagasan. Esensi atau intisari sebuah karya seni adalah nilai seni itu sendiri yang diukur dari sisi kearifan budaya.
Marilah kita lihat sebuah contoh yang universal tentang posisi Karna dalam kisah Mahabharata. Karna adalah anak tertua Kunti Nalibrata, sekaligus kakak tertua dari pada Pandawa. Sejak kecil, Karna telah dibuang oleh ibunya karena malu melahirkan anak tanpa diketahui ayahnya, meskipun sejarah mencatat Karna sebagai putra Dewa Surya. Sejak kecil Karna dipelihara oleh keluarga istana melalui kusir Adirata. Bahkan, setelah besar Karna diberi kedudukan sebagai Adipati oleh Kurawa yang secara teknis adalah musuh Pandawa.
Menjelang perang Bharatayudha, Karna diberitahu tentang keadaan dirinya yang sebenarnya. Tidak kurang dari Sri Krishna yang titisan Wishnu membujuk Karna untuk bergabung dengan adik-adiknya, para Pandawa. Karna menolak meskipun secara tulus ia sangat mencintai adik-adiknya dan membenarkan tindakan mereka. Karna tetap berjuang di pihak Kurawa dan gugur sebagai pahlawan di tangan adik kandungnya sendiri, Arjuna. Permasalahan yang timbul, mengapa Karna tetap membela Kurawa yang ia ketahui sangatlah jahat dan tidak berhak dibela? Mengapa pula ia harus bertempur melawan adik-adiknya sendiri para Pandawa yang diakui sangat ia hormati dan ia cintai? Permasalahan Karna adalah permasalahan moral. Ia diangkat dan dibesarkan derajatnya oleh Kurawa. Ia harus membalas budi baik mereka terhadap dirinya atau dirinya akan dihantui rasa sesal sepanjang hidupnya jika harus bergabung dengan Pandawa yang ia yakini pasti akan menang. Permasalahan yang sama juga terjadi pada diri Kumbakarna yang karena kecintaannya kepada tanah airnya harus berjuang melawan Rama dan membela kakaknya, Rahwana, yang ia tahu sangat angkara murka.
Teater-teater modern membawa pesan-pesan moral yang sangat beragam. Keberagaman ini sangat ditentukan oleh naskah yang dipilih untuk dipentaskan, interpretasi sutradara, serta pengolahan yang dilakukan selama berlangsungnya latihan. Naskah yang mengandung pesan moral baik sering tidak dapat tersampaikan karena kesalahan interpretasi sutradara serta pengolahan yang tidak maksimal. Oleh karena itu, kemampuan interpretasi sutradara sangat menentukan keberhasilan sebuah pementasan sehingga pesan-pesan yang terkandung dalam cerita dapat tersampaikan melalui pementasan yang baik.


Mengeksplorasi teknik olah tubuh pikiran dan suara dalam teater

Didalam sebuah pementasan drama atau teater, agar dapat mempunyai kualitas yang bisa diandalkan maka seluruh pemeran yang memerankan perannya masing-masing harus melaksanakan kegiatan guna mendapatkan pengalaman-pengalaman yang baru didalam mengolah tubuh, mengolah pikir dan juga mengolah suara.


Mengenai eksplorasi olah tubuh, olah pikir dan olah suara dapat diuraikan sebagai berikut :
#1. Latihan teknik olah tubuh
Olah tubuh adalah suatu cara didalam menguasai bagian-bagian tubuh secara keseluruhan yang digunakan oleh seorang pemeran untuk menunjang dirinya dalam mem-perankan sebuah tokoh yang akan dimainkan olehnya agar terciptanya peran pemain yang maksimal.

Guna memperoleh pencapaian yang maksimal didalam mengolah dan mengeksplorasi tubuh pada pementasan drama atau teater, maka dapat melakukan beberapa latihan-latihan yang diantaranya sebagai berikut dibawah ini
→ Pernapasan.
→ Konsentrasi dengan gerak.
→ Perasaan dengan gerak.
→ Menggerakkan otot.
→ Gerak yang tidak biasa.
→ Menguasai suatu ruang.

#2. Latihan teknik vokal
Vokal adalah salah satu teknik dalam eksplorasi tubuh yang berkaitan dengan pengucapan atau suara, sehingga pada saat mengucapkan dialog didalam pentas teater atau drama akan terdengar sangat jelas. Oleh karena itu dengan penguasaan vokal tersebut maka pemeran dapat mampu secara maksimal dalam mengekspresikan watak yang diperankannya dalam pentas drama atau teater.

Adapun beberapa hal pokok yang dibutuhkan didalam mengolah vokal (pengucapan atau suara) adalah antara lain sebagai berikut :
→ Latihan pernapasan.
→ Irama.
→ Imajinasi vokal.
→ Membuka mulut.
→ Menyampaikan ucapan.

#3. Latihan teknik olah pikir
Dibawah ini terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan didalam mengolah pikiran yakni antara lain sebagai berikut :
→ Penciuman atau merasakan suatu aroma.
→ Me-raba atau merasakan sesuatu.
→ Mendengar atau merasakan lewat pendengaran.

#4. Pengguasaan perasaan dan laku
Dibawah ini terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan didalam penguasaan perasaan yakni antara lain sebagai berikut :
→ Pemusatan pikiran dan memfokuskannya dengan cara konsentrasi.
→ Pengenalan terhadap lapangan dan tempat atau observasi.
→ Daya khayal atau imajinasi.
→ Menguasai perasaan atau emosi dan perasaan.
→ Menguasai daya pikir atau pikiran.

Merancang Karya Teater Kreatif dari Teater Tradisional
Karena teater ini dapat dikatakan sebuah kreativitas yang memadukan semua jenis teater, yaitu teater tradisional dan teater modern, baik dari daerah setempat, Nusantara, ataupun mancanegara.
Perpaduan hal tersebut akan memunculkan sebuah keunikan tersendiri dan akan menjadi ciri khas teater yang akan dipentaskan. Memang hal ini tidak akan terlalu mudah bagi pemain teater pemula. Akan tetapi, dengan semangat dan rasa keingintahuan serta eksplorasi setiap bakat yang ada dalam diri akan memunculkan sebuah prestasi yang maksimal.

1. Unsur-Unsur Pertunjukan Teater
Dalam mementaskan sebuah pertunjukan teater (drama) setidaknya terdapat beberapa unsur yang perlu kamu pahami, yaitu naskah drama, sutradara, pemeran, panggung, perlengkapan panggung (cahaya, rias, bunyi, pakaian), dan penonton.

a. Naskah Drama
Naskah drama merupakan bahan pokok pementasan. Secara garis besar naskah drama dapat terbentuk tragedi (tentang kesedihan dan kemalangan), dan komedi (tentang lelucon dan tingkah laku konyol). Penyajiannya secara realis (mendekati kenyataan yang sebenarnya dalam pementasan, baik dalam bahasa, pakaian, dan tata panggungnya, serta secara simbolik) dalam pementasannya tidak perlu mirip apa yang sedang terjadi dalam realitas.

b. Sutradara
Sutradara inilah yang bertugas mengoordinasikan lalu lintas pementasan agar pementasannya berhasil. Tugas sutradara adalah membuat atau mencari naskah drama, mencari pemeran, kerabat kerja, penyandang dana (produsen), dan dapat menyikapi calon penonton.
c. Pemeran
Pemeran inilah yang harus menafsirkan perwatakan tokoh yang diperankannya. Memang sutradaralah yang menentukannya. Namun, tanpa kepiawaian dalam memerankan tokoh, konsep peran yang telah digariskan sutradara berdasarkan naskah, hasilnya akan sia-sia belaka.

d. Panggung
Secara garis besar, variasi panggung dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, panggung yang dipergunakan sebagai pertunjukan sepenuhnya, sehingga semua penonton dapat mengamati pementasan secara keseluruhan dari luar panggung. Kedua, panggung berbentuk arena yaitu panggung yang memungkinkan pemain berada di sekitar penonton.

e. Perlengkapan Panggung
Perlengkapan panggung meliputi beberapa unsur diantaranya adalah sebagai berikut:

    Cahaya, Cahaya atau lighting diperlukan untuk memperjelas penglihatan penonton terhadap mimik pemeran. Dengan demikian penciptaan suasana sedih, murung atau gembira, dapat tercapai. Selain itu, cahaya dapat mendukung keartistikan set yang dibangun di panggung.
    Bunyi (Sound Effect), Bunyi dapat diusahakan secara langsung (orkestra, band, gamelan, dan sebagainya), tetapi juga dapat lewat perekaman yang jauh hari sudah disiapkan oleh awak pentas yang bertanggungjawab mengurusnya.
    Pakaian, Pakaian sering disebut kostum (costume). Kostum adakah pakaian yang dikenakan para pemain untuk membantu pemeran dalam menampilkan perwatakan tokoh yang diperankannya.
    Rias, Semua itu diusahakan untuk membantu para pemeran dalam membawakan perwatakan tokoh sesuai dengan yang diinginkan naskah dan tafsiran sutradara. Inilah fungsi dari tata rias dalam pementasan teater.

f. Penonton
Tujuan suatu pementasan lakon adalah penonton. Respons penonton atas lakon akan menjadi suatu respons yang melingkar antara penonton dengan pementasan. Penonton dalam pementasan teater merupakan suatu komposisi organisme kemanusiaan yang peka. Mereka pergi menonton karena ingin memperoleh kepuasan, kebutuhan, atau untuk digetarkan hatinya karena terharu akibat hasrat ingin menonton.

2. Pertunjukan Teater
Dalam penyelenggaraan pementasan teater terdapat tahapan utama yaitu tahap persiapan, latihan, dan pelaksanaan.

a. Tahap Persiapan Pertunjukan
Pada umumnya, prinsip-prinsip sebuah pertunjukan mempunyai langkah-langkah sebagai berikut.

    Perencanaan Pertunjukan, Perencanaan sebaiknya dilakukan secara lebih cermat dan detail. Rencana-rencana itu sebaiknya ditulis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan adalah penentuan tema, rencana kegiatan, penyusunan program kegiatan, dan penentuan tempat pertunjukan.
    Pengelolaan Kegiatan Pertunjukan, Mengorganisasi kegiatan pertunjukan adalah melakukan kegiatan pengelolaan sumber daya manusia berdasarkan struktur organisasi. Di dalam struktur tersebut terdapat pembagian tugas yang jelas sesuai dengan kedudukan dan fungsinya.
    Tahap Pelaksanaan, Dalam tahap ini, kedua tim yang telah dibentuk bekerja menurut tugas dan perannya masing-masing. Tim penyelenggara bertugas untuk melaksanakan "acara" pementasan, sedangkan tim pementasan bertugas menyajikan karya seni (drama) untuk ditonton.


b. Latihan Pertunjukan
Seorang aktor tidak langsung begitu saja memainkan perannya. Kepiawaian seorang aktor ketika bermain peran merupakan hasil maksimal dari beberapa latihan yang dilakukannya. Ketika berlatih, seorang pemain harus selalu menjaga suasana dengan gembira, semangat yang maksimal, kesungguhan dan kemauan untuk bekerja sama dengan pemain atau kru lainnya.

c. Tahap Pelaksanaan Pertunjukan Teater
Setelah semua tahap di atas selesai, pertunjukan teater pun dapat digelar. Hal yang harus diingat, buatlah sebuah gladi bersih terlebih dahulu. Gladi bersih merupakan persiapan terakhir untuk menuju sebuah pementasan. Tujuan dari tahap ini adalah sebagai simulasi pada hari-H agar seluruh panitia yang terlibat siap untuk menghadapi kendala-kendala yang mungkin akan terjadi saat melakukan sebuah pementasan.
 


Thanks for reading & sharing Kamar Pekick

Previous
« Prev Post

1 komentar:

Search Postingan

My Art Painting